Beranda | Artikel
Meluruskan Syubhat Tentang Penyimpangan Tauhid
Rabu, 30 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Meluruskan Syubhat Tentang Penyimpangan Tauhid merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 4 Jumadal Awwal 1440 H / 11 Januari 2019 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Bahaya Ghuluw dan Mengkultuskan Individu

Kajian Tentang Meluruskan Syubhat Tentang Penyimpangan Tauhid – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Umumnya orang-orang yang tauhidnya menyimpang, memiliki alasan yang mereka jadikan sandaran. Dan alasan ini kadang-kadang didasarkan kepada ayat Al-Qur’an, hadits-hadits yang sahih atau akal atau tradisi. Ayatnya dan hadits shahihnya pasti benar, yang keliru dan salah adalah penafsiran, pemahaman, interpretasi dari ayat dan hadits itu yang keliru.

Oleh karena itulah, karena mereka memiliki sandaran dasar bagi perbuatan syirik mereka, maka mereka bertahan di atas perbuatan syiriknya tersebut dan menganggap benar dan bagus terhadap apa yang mereka lakukan, karena adanya beberapa dalil atau alasan.

Inilah yang disebut dengan syubhat. Syubhat inilah yang kita akan luruskan.

…مَنْ هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحْيَىٰ مَنْ حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ…

“…agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)…” (QS. Al-Anfal[8]: 42)

Mau benar, mau salah itu sudah terangkan, terjelaskan. Apa sajakah syubhat-syubhat yang mereka pegang?

Pertama, syubhat yang dimiliki oleh hampir semua orang-orang musyrik dari umat-umat terdahulu untuk melestarikan perbuatan syirik mereka adalah berpegang teguh kepada ajaran nenek moyang. Orang-orang terdahulu, orang tuanya, warisan leluhur, budaya yang wajib dilestarikan, dan itulah argumentasi yang umum dipegang oleh orang-orang terdahulu.

Orang-orang musyrik yang didakwahi oleh para Nabi, para Rasul, alasan utama mereka karena berpegang teguh kepada ajaran nenek moyang, ajaran leluhur yang mereka warisi secara turun-temurun dari ayah mereka, kakek mereka, buyut mereka dan seterusnya ke atas. Allahu ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ ﴿٢٣﴾

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 23)

Jadi mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah warisan leluhur yang kalau umpamanya tidak dituruti apa yang digariskan oleh nenek moyang, maka bahasa sundanya mah pamali. Nanti durhaka, nanti kualat, makanya tidak mau untuk meninggalkan.

Hujjah ini dijadikan sandaran walaupun amat sangat tidak ilmiah dari segala segi. Terlebih kalau dirunut, zaman-zaman kebelakang, dari segala segi masih terbelakang. Coba umpamanya di Indonesia, orang-orang tua kita, nenek kita, buyut kita terus ke atas, apakah mereka rata-rata orang berpendidikan? Agama yang mereka anut banyak dipengaruhi oleh kepercayaan animisme, dinamisme, paganisme.

Keyakinan terhadap roh-roh, arwah-arwah atau kekuatan-kekuatan magis yang ada dalam benda-benda tertentu, batu ali, keris pedang dan yang sejenisnya. Itulah keyakinan orang tua-orang tua kita zaman dahulu. Sekolah belum banyak, pesantren belum banyak, fasilitas belajar mengajar tidak secanggih sekarang. Bayangkan bagaimana ilmu mereka? Bagaimana pemahaman mereka? Bagaimana pengetahuan mereka?

Dari kebodohan dan ketertinggalan itu melahirkan pemahaman yang keliru, melahirkan mitos-mitos yang tidak masuk akal. Kemudian terwariskan secara turun-temurun. Jadi berpegang teguh kepada warisan ajaran nenek moyang adalah sesuatu yang tidak ilmiah. Allah sudah membantah ini di dalam Al-Qur’an. Kata Allah dalam Az-Zukhruf ayat yang ke-24:

قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُم بِأَهْدَىٰ مِمَّا وَجَدتُّمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ ۖ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ ﴿٢٤﴾

(Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 24)

Juga dalam Al-Maidah ayat 104 Allah berfirman:

…أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ ﴿١٠٤﴾

“…Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.” (QS. Al-Maidah[5]: 104)

Juga dalam Al-Baqarah ayat 170 pun demikian:

…أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ ﴿١٧٠﴾

“…walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.” (Al-Baqarah[2]: 170)

Jadi, mengikuti ajaran nenek moyang adalah sesuatu yang tidak ilmiah. Karena melihat orang-orang tua kita zaman dahulu rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, fasilitas belajar-mengajar yang amat super terbatas, dipengaruhi oleh berbagai macam keyakinan yang berbau mistis. Apakah yang seperti itu masih tetap diikuti?

Benar, kita harus mengikuti ajaran terdahulu kalau ajaran terdahulu itu diatas kebenaran. Seperti apa yang diungkapkan oleh para Nabi. Seperti Nabi Yusuf ‘Alaihish Shalatu Wassalam, beliau menjadi pelanjut dari ajaran yang dibawa oleh orang tuanya yaitu Nabi Yakub.

Itu ajaran nenek moyang yang berada di atas kebenaran, wajib diikuti. Berfirman Allah tentang Nabi Yusuf dalam surah Yusuf ayat 38:

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَن نُّشْرِكَ بِاللَّـهِ مِن شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ اللَّـهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ ﴿٣٨﴾

Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya).” (QS. Yusuf[12]: 38)

Simak penjelasannya pada menit ke – 12:31

Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Meluruskan Syubhat Tentang Penyimpangan Tauhid – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46522-meluruskan-syubhat-tentang-penyimpangan-tauhid/